Beranda | Artikel
Tafsir Al-Quran Surat Luqman Bagian 5
Kamis, 27 Agustus 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.

Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman Bagian 5 merupakan bagian dari kajian tafsir yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Abu ‘Abdil Muhsin Firanda Andirja, M.A. pada Rabu, 22 Dzulhijjah 1441 H / 12 Agustus 2020 M.

Kajian Tentang Berbakti Kepada Orang Tua – Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman Bagian 3

Kita melanjutkan bahasan kita dari tafsir surat Luqman, insyaAllah ini pertemuan yang terakhir dari tafsir surat Luqman. Kita akan lanjutkan dari ayat ke-29 dan seterusnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّـهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى…

Tidakkah engkau memperhatikan bahwasannya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan Allah memasukkan siang ke dalam malam. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing berjalan hingga waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengentahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Luqman[31]: 29)

Di sini Allah mengajak kita untuk memperhatikan. Pembicara ini ditujukan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tapi berlaku kepada kita seluruhnya. Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah memunculkan siang, tadinya malam kemudian Allah memasukkan malam kedalam siang sehingga terbitlah matahari yang dimana di siang hari kita bisa mengadakan berbagai macam kegiatan untuk kemaslahatan kita, itu adalah kenikmatan tersendiri.

Kemudian tidak selamanya siang, Allah masukkan kedalam malam, terbitlah rembulan dan terbenam matahari. Di malam hari kita bisa istirahat. Kemudian Allah menundukkan matahari dan rembulan untuk kita. Jadi matahari dan rembulan berjalan pada edarannya, semuanya ini adalah untuk kita.

Matahari dan rembulan itu masing-masing berjalan hingga pada waktunya. Di sini ada dua pendapat di kalangan para ulama. Ada yang mengatakan bahwa maksudnya terbit dan terbenamnya tidak pernah berubah, artinya teratur sepanjang tahun. Tentu ada perubahan, tapi perubahan itu teratur sepanjang tahun yang dengan adanya perubahan tersebut, kita tahu matahari terbit tidak sama setiap hari dan ada pergeseran. Tetapi itu beraturan sepanjang tahun. Tahun depan berulang lagi dan begitu demikian. Dengan adanya metode terbit dan terbenam yang sudah Allah haturkan sesuai dengan orbitnya, maka seorang bisa mengetahui perhitungan tentang tahun, perhitungan tentang musim dan macam-macamnya, mengetahui perhitungan kapan gerhana matahari, kapan gerhana bulan. Hal ini karena masing-masing ada orbitnya. Seandainya matahari dan rembulan orbitnya tidak teratur, maka tidak ada yang bisa menghitung dengan tepat. Tetapi dengan adanya orbit yang teratur ini maka bisa diadakan ilmu tersendiri, ilmu hisab dan perhitungan serta yang lainnya.

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa maksudnya adalah keduanya berjalan terus dalam orbitnya hingga hari kiamat. Ini adalah pendapat Syaikh Sa’di Rahimahullahu Ta’ala. Masing-masing berjalan sejak dia berputar, tidak pernah berhenti, berhentinya nanti pada hari kiamat. Ada waktunya matahari terbit dari barat, dimana aturan alam dirubah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Matahari terbit dari barat kemudian matahari digulung dan diredupkan, kemudian matahari dan bulan digabungkan, itu nanti pada hari kiamat. Jadi tidak akan berubah ini semua, terus berjalan dalam orbitnya, tidak pernah berhenti hingga hari kiamat.

Dua tafsir ini tidak ada perbedaan. Yang satu menyinggung dari sisi perhari, terbit dan terbenam yang sesuai dengan aturannya, tidak pernah berubah sampai sepanjang tahun. Yang satu dari sisi sekali bergerak Allah gerakan tidak berhenti sampai hari kiamat.

“Dan sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Apa maksudnya? Apa hubungannya antara Allah menunjukkan tentang nikmat siang, nikmat malam, matahari yang bergerak pada orbitnya, dengan amal seorang hamba. Sebagian ulama mengatakan jika Allah mengetahui semua gerakan alam dengan detail, bintang, matahari, rembulan, planet-planet, semua di jagat raya ini Allah tahu secara detail, maka demikian pula manusia dan amal perbuatannya. Allah tahu semuanya tentang benda-benda langit yang begitu  banyak, yang begitu besar, yang begitu luas tanpa ada ujungnya, apalagi hanya mengetahui bumi yang kecil yang isinya manusia, tentu Allah lebih tahu. Makanya setelah Allah menyebut tentang nikmat siang, nikmat malam, matahari, rembulan, orbitnya semuanya, Allah mengatakan: “Maka Allah mengetahui apa yang kalian lakukan.”

Setelah itu Allah berkata:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ ﴿٣٠﴾

Yang demikian itu, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang haq. Dan apa yang mereka sembah selain Allah adalah kebatilan. Dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Tinggi daripada makhluknya.”

Karena semua makhluk, wujudnya tidak sendiri tapi diwujudkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketahuilah semua selian Allah adalah kebatilan. Karena semuanya terjadi karena izin Allah, semuanya berasal dari tidak ada menjadi ada yang menciptakan adalah Allah. Kalau kita tahu ternyata seluruh makhluk tidak bisa ada dengan sendirinya tapi diadakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka bagaimana kemudian makhluk-makhluk tersebut berhak untuk disembah? Yang berhak disembah hanyalah sang pencipta, yang mengatur siang, yang mengatur malam, yang memperjalankan matahari dan rembulan, yang menciptakan manusia, yang mengetahui amal perbuatan kalian seluruhnya. Lihat yang disembah selain Allah seperti pohon, batu, mayat, wali, Nabi, apakah mereka bisa mengatur itu semua? Mengatur siang, mengatur malam, mengatur matahari, mengatur rembulan, mengetahui manusia dengan seluruh perbuatannya. Maka yang disembah selain Allah, makhluk secara umum adalah batil, apalagi ketika disembah menjadi sebatil-batilnya.

Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download mp3 kajian tafsir yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48931-tafsir-al-quran-surat-luqman-bagian-5/